“Terima kasih ....” ucapnya pelan kepadaku sambil tersenyum.
“Hm?
Santai aja. It’s no big deal. By the way, nanti masih ada bonus
novel juga lho.” Kataku riang. Kupikir dia mengucapkan terima kasih atas
undangan dariku untuk mengikuti Weekend Writing Workshop bersama #KampusFiksi di UnTidar.
“Ya, itu juga. Tapi sebenarnya yang kumaksud adalah benda pem
berianmu.” Sambungnya sambil menepuk kantong jaket merahnya.
berianmu.” Sambungnya sambil menepuk kantong jaket merahnya.
“Oooohh
...oke. Sama-sama.”
“Harus
bayar berapa nih?” Tanya lelaki itu.
“Walah
...itu gratis Bro .... spesial hehehe.”
Kami
sudah sampai depan Masjid Ar Ribath. Segera kulepas sepatuku dan kuletakkan tas besarku
di tepi serambi.
“Aman
ga nih? Aku bawa laptop je.” Tanyanya sedikit khawatir.
“Hmmm
....agak rawan sebenarnya. Ya sudah, kita gantian aja wudhunya. Biar kujagain
tasmu.”
Gantungan
kunci karakter golongan darah O itu memang sengaja kusisipkan diam-diam di
kantung jaket merahnya. Kuingin hadiah kecil itu menjadi simbol perasaanku.
Tapi aku kurang berhasil menutup kembali kantong tersebut, sehingga dia
menyadari keberadaan hadiah itu terlalu cepat. Tapi tak apa-apalah, justru aku
senang bisa melihat responnya. (bersambung)
Komentar
Posting Komentar