Journey of Writing #1



Menulis adalah sebuah perjalanan. Kamu ga bisa nyampe di tempat tujuan begitu saja kalo nggak melakukan perjalanan dulu (kecuali  kalo kamu punya ilmu sihir jadi bisa ber-Dissapparate :p). Entah kamu pergi dengan jalan kaki, sepeda, mobil,kapal,  pesawat  atau pake jet sekalipun. Ada proses di dalamnya. Mungkin bisa cepet, tapi ga mak jleg, sampai. Ya kan?




Gimana supaya menulis bisa enjoy? gimana sih supaya ide kita bisa tersampaikan secara runtut, lancar dan mengalir? untuk itu kamu harus punya modal dulu. Apa itu? kuncinya adalah dengan banyak membaca. Menulis itu erat banget kaitannya dengan membaca. Yuk kita kulik dunia menulis bareng-bareng ^_^.

Misal gini. Kamu pengen banget jadi ahli nulis cerpen atau novel. Jenis yang ingin kamu garap adalah jenis cerita fantasi. Nah, banyakin aja baca buku, novel maupun film yang berkaitan dengan cerita fantasi. Kenali alurnya, cara penggambarannya supaya terlihat nyata, tokoh-tokoh yang khas ada di cerita fantasi seperti peri, penyihir, monster, naga, kurcaci dan sebagainya. Darimana dapat sumbernya? oh, sebenarnya simple banget lho. Buku dan novel yang sesuai buat contoh bisa kamu temukan di perpus (atau barangkali kamu sendiri udah mengoleksi?). Internet juga banyak menyediakan review novel, sharing tips menulis, rekomendasi buku keren dan lain lain. Punya koneksi internet jangan melulu buat FBan dan Twitteran aja yaaaa..hehehe. Secukupnya aja. Gunakan buat menambah ilmu dan mengetahui apa yang terjadi sekitarmu dan di daerah lain.

Di proses awal mencari bahan mungkin harus ngeluarin tenaga, waktu dan uang yang cukup banyak. Tapi kalau kamu sungguh-sungguh pasti bisa. Baca buku ga harus dengan beli. Jika dana kamu emang belum mencukupi, kamu bisa pinjem dulu di perpus, atau pinjem sama teman yang demen baca en ngoleksi buku. Tapi mesti inget buat balikin bukunya ya :p dalam kondisi yang wajar tentunya. Jangan pas waktu dibalikin, eh kover udah copot, kertas udah sobek dan kucel bahkan ada bagian yang ilang. Wew.

Setelah kamu udah punya bahan yang cukup, mulai deh membuat kerangka karangan. Sebaiknya kamu tahu dulu akan dibawa kemana cerita kamu. Buat alur yang jelas, tangkap semua ide yang bersliweran di kepala. Catatan ruwet yang mendadak ditulis saat ide datang akan sangat berguna, karena kadangkala ide cemerlang kita terlanjur menguap gitu aja gara-gara ga sempat dicatet. 

Kadangkala, ide awal sudah punya, alur udah dibikin, tapi mendadak macet di tengah. Atau mood menulis menghilang, ga bersemangat sama sekali. Kalau udah gitu. Tinggalin dulu naskahmu. Simpen baik-baik. Cari kegiatan selingan yang bisa bikin otak jadi fresh. Kira-kira satu minggu kemudian, cek lagi naskah kamu. Mata kamu akan jadi lebih teliti melihat kesalahan-kesalahan yang kamu bikin pada draft/konsep awal. Sudut pandang kamu akan berubah jadi sudut pandang pembaca. Kamu bisa mulai mengurangi bagian-bagian yang ga perlu, mengharmoniskan rangkaian kalimat, memberi lebih banyak detil baru yang segar. Semoga aja dengan begitu kamu akan mampu melanjutkan tulisan tersebut sampai selesai. :)

Oke, sekarang saya mau sharing pengalaman pribadi. Sewaktu ngadepin layar computer atau laptop seperti sekarng ini, kadang muncul ide-ide tak terduga. Datengnya spontan banget, ga pake aba-aba dulu :p. Nah inilah gunanya selalu sedia notes atau alat tulis lain. Bisa juga langsung buka Microsoft Word atau aplikasi lain dan mulailah ketik inspirasimu. Ide yang datang harus segera ditangkap dan disimpan. Perkara pada saat itu belum lengkap, dan belum ada waktu buat melanjutkan, yaaa bisa diteruskan di lain waktu. Saya sih bikin folder baru di disk drive saya, nama foldernya Calon Postingan. Inilah tempat saya menyimpan ide-ide mentah yang kelak akan saya olah kembali ketika ada waktu luang.

Beberapa hari lalu, seorang teman meminta saya membuat sebuah cerpen untuk dimuat di majalah kampus kami. Saya bersedia, karena toh saya punya stok ide cerita dan artikel yang bisa saya olah. Tiga hari kemudian naskah tersebut jadi dan segera saya kirim. Tidak lama kemudian teman redaksi lain juga menghubungi saya. Dia meminta saya membuat artikel untuk rubrik suara kampus. Dengan iseng saya tanya, ada honornya nggak nih? dia ketawa :D. Nggak, nggak ada honor apa-apa disini, jawabnya. Ya sudahlah, minimal nama saya mejeng di majalah kampus, gitu pikir saya. Singkat kata saya setuju buat bikin. Beberapa jam kemudian tulisan tersebut kelar dan segera saya kirim juga via email. Malamnya dia kasih kabar kalau naskah saya jadi dimuat :p

Berlanjut ke postingan selanjutnya yaaa :) >>Journey of Writing #2

Komentar