Sosok Bapak Dahlan Iskan di Mata Saya (#2)

(Lanjutan dari postingan sebelumnya Sosok Bapak Dahlan Iskandi Mata Saya (#1))

Tanpa saya sangka-sangka, saya berkesempatan untuk bertatap muka secara langsung dengan beliau. Bulan Mei lalu, kampus tempat saya menuntut ilmu, Universitas Tidar Magelang sedang memperingati Dies Natalis yang ke-34. Selama sepekan diadakan berbagai kegiatan untuk memeriahkankannya. Contohnya bazaar,pameran, festival band, lomba mewarnai dan drumband anak-anak,senam aerobik, berbagai workshop dan seminar. Salah satu seminar yang diadakan adalah seminar kewirausahaan yang menghadirkan bapak Dahlan Iskan, Menteri BUMN sebagai key note speaker. Seminar yang bertempat di gedung auditorium UTM dihadiri oleh para dosen, pengusaha-pengusaha yang tergabung dalam asosiasi APINDO.

Saya senang sekali. Perasaan excited saya kala itu mungkin agak mirip para fans KPop yang heboh saat idola mereka akan konser di negeri kita. Dunia kewirausahaan memang sangat menarik bagi saya, apalagi yang mengisi acara Pak Dahlan. Pokoknya kalau ada kesempatan bertanya pada beliau dalam seminar tersebut, akan saya gunakan. Sayang seribu sayang, hari itu saya lupa membawa jas alamamater :D. Saya sudah mengusahakan untuk pinjam ke teman-teman yang kos di sekitar kampus, akan tetapi tidak berhasil karena mereka juga akan memakainya. Setelah berkonsultasi dengan teman-teman, akhirnya saya tetap memantapkan diri untuk ikut.


Seminar kewirausahaan bersama Bapak Dahlan Iskan bertajuk “Membangkitkan Jiwa Pengusaha Muda” diadakan pada hari Jumat, 10 Mei 2013 dimulai pukul 13.00 WIB. Acara ini diselenggarakan atas kerjasama Radar Semarang (anak perusahaan Jawa Pos Group) dan kampus saya. Sebagai pembuka dipentaskan tari-tarian oleh beberapa kawan saya dari salah satu UKM. Dilanjutkan dengan beberapa sambutan dari berbagai pihak (saya lupa detail ini) . Sekitar pukul 15.00 WIB, tokoh yang saya nanti-nantikan akhirnya sampai. Kami menyambut beliau dengan suka cita. Tanpa berselang lama beliau segera maju ke podium dan memulai ceramahnya. (Lucunya, salah satu dosen kami, Pak Budi dari FKIP PBSI yang menjadi moderator memakai sepatu baru yang masih berlabel. :D. Mungkin karena akan bertemu menteri jadi Pak Budi beli sepatu baru? Hehehe. Sayangnya label merknya lupa belum dilepas.) Dalam kesempatan itu Bapak Dahlan mengadakan tanya jawab kepada mahasiswa. Salah satunya meliau melontarkan pertanyaan:“Usia berapakah yang paling pas bagi seseorang untuk mulai berwirausaha?”

Beliau mempersilahkan para mahasiswa untuk maju dan menjawab pertanyaan beliau. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Walau tidak memakai jas almamater, saya memberanikan diri untuk maju bersama enam rekan mahasiswa lain. Setelah diwawancarai singkat, secara bergantian kami ditanyai satu persatu. Usia berapakah yang paling pas bagi seseorang untuk mulai berwirausaha ?Jawabannya beragam, ada yang dari usia 20 tahun, 19 tahun dan sebagainya, tapi semua menyebutkan angka. Bagaimana dengan jawaban saya? Jawaban saya bisa dibilang paling berbeda diantara rekan lain. Saya menjawab begini: “Menurut saya, usia yang paling pas bagi seseorang untuk berwirausaha adalah sedini mungkin”. Kakak tingkat di sebelah saya nyeletuk pelan. “Sik ditakokke lakyo umur... 2. Dia menganggap jawaban saya tidak pas. Saya sih cuek saja. 

Tiga dari tujuh orang mahasiswa yang maju ke panggung. Saya ga keliatan di foto ini hehehe
Untungnya, Pak Dahlan meminta saya untuk memperjelas jawaban tersebut. Dengan bersemangat saya menguraikan, bahwa semangat wirausaha harus diajarkan sedari dini. Dan begitu seorang anak cukup paham dengan konsep uang, maka pada saat itulah ia sudah bisa memulai berwirausaha. Jadi hal tersebut bisa dilakukan dalam usia yang sangat dini, dan tidak ada patokan pasti pada umur berapa, karena toh perkembangan orang berbeda-beda. Seorang anak dari kalangan kurang mampu biasanya harus ikut bekerja membantu orang tuanya mencari penghasilan. Kematangannya tentu berbeda dengan anak orang mampu yang mungkin segala keperluannya tersedia.
 
Tak disangka,
Bapak Dahlan Iskan sangat mengapresiasi jawaban saya. Di hadapan para dosen, pengusaha-pengusaha dari Apindo dan teman-teman mahasiwa UTM, beliau memuji jawaban saya. Hadirin pun riuh bertepuk tangan. Jaannn ..rasane bombong tenan.3 Menurut beliau memang seharusnya kewirausahaan harus diajarkan dan dibiasakan sedari dini. "Tidak ada batasan memulai bisnis, sedini mungkin itu lebih baik. Karena setiap orang pernah gagal," ujarnya. Kemudian lanjut beliau, “Ciri pengusaha adalah ketika gagal ia segera bangkit. Gagal lagi, ia bangkit lagi dan derajatnya naik. kemudian bangkit lagi dan derajatnya naik lagi. Dan seterusnya. Sebaliknya jika gagal ia kapok, maka dia bukan pengusaha,".

Seminar hari itu sangat berkesan bagi saya, menjadi momen yang takkan terlupakan. Setelah kami menjawab pertanyaan beliau, kami bertujuh mendapat hadiah. Ternyata tiap mahasiswa diberi uang satu juta!. Bagi saya jumlah tersebut cukup besar. Hehehe. Syukur alhamdulillah, pada hari itu saya bisa bertemu idola saya sang tokoh inspiratif, berjabat tangan dan mendapat apresiasi dari beliau. Dari cara beliau bertanya pada kami, memberikan ceramah dan sebagainya, terlihat sekali kalau beliau itu ngajeni4 semua orang. Beliau meng-anda-kan semuanya, tidak menyapa dengan “kamu” melainkan “anda”. Ceramahnya juga sangat membesarkan hati dan membuat kami semua percaya untuk tidak takut gagal. Beliau sangat mendorong para mahasiswa untuk berwirausaha.

Tentu saja selepas acara tersebut kekaguman saya pada Bapak Dahlan Iskan makin bertambah. Bukan lantaran hadiah yang beliau berikan namun karena menyaksikan sendiri pribadi beliau yang unik. Saya makin penasaran dengan latar belakang beliau, sampai belum lama ini  saya membaca buku “Dahlan Juga Manusia” karya Siti Nasyi’ah (Ita). Pertanyaan-pertanyaan saya nampaknya cukup terjawab setelah membaca buku tersebut. Selain itu saya mulai mencari-cari tulisan beliau di http://dahlaniskan.wordpress.com/ komunitas Dahlanis dan tentu saja page CatatanDahlan Iskan.

Saat ini Bapak Dahlan sering sekali diberitakan di media terutama sehubungan keikutsertaan beliau dalam konvensi Capres Demokrat dan program-program beliau di kementrian BUMN. Sangat mudah untuk mencari informasi terbaru tentang beliau. Selain mengulas tentang pribadi beliau, ada pula yang mengulik tentang putra putri beliau. Sayang sekali dalam page wikipedia Azrul Ananda, putra beliau, ada informasi yang kurang pas. Di sana tertulis kalau Isna Fitriana adalah istri dari Azrul padahal setahu saya yang benar Isna adalah saudaranya, putri dari Bapak Dahlan dan Ibu Nafsiyah juga. Kekeliruan yang cukup mengganggu. Mungkin teman-teman bisa bantu mengoreksi?

*2 Yang ditanyakan kan umur ...
*3 Waah ..rasanya bangga sekali
*4 Menghormati

Komentar